JANGAN PERNAH TAKUT UNTUK BERMIMPI.!!

Selasa, 19 April 2011

CeRpeNQ.!!

DIMAS

     Dimas.
     Nama yang selalu ada di hatiku selama setahun ini dan semoga saja selamanya, hehehe. Sosoknya yang ramah, lembut, baik, tegas, pengertian, sabar, dan masih banyak sifatnya yang lain yang membuat aku sayang sekali padanya.
     Setahun yang lalu saat aku pertama kali masuk kuliah dan pertama kali pula aku kenal dengan dirinya. Dia salah satu panitia Ospek di kampusku. Senyumnya yang hangat, pandangannya yang teduh saat pertama kali aku melihat dia membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Seminggu Ospek yang melelahkan tak pernah kurasakan ketika melihat wajahnya. Rasanya, hanya melihat wajahnya saja, lelah dan marah dikerjain senior menguap begitu saja. Tapi aku hanya berani menyimpan rasa ini di hati saja, maklum aku tak pernah berkenalan langsung dengannya.
     2 bulan sudah aku menjadi mahasiswi. Mulai sibuk dengan segala tugas yang menumpuk setiap harinya. Aku pun sudah jarang memikirkan Dimas, yang aku pikirkan hanya bagaimana caranya menyelesaikan tugas-tugas itu.
     Suatu hari aku dan teman-temanku nongkrong di kantin kampus, Vino, salah seorang senior kami dating bersama seseorang yang tak aku duga, Dimas. Hwaa, salting lah aku. Vino yang sebelumnya memang sudah kenal aku, mengenalkanku pada Dimas. Aduh, rasanya jantung ini mau copot saja saat Dimas menjabat tanganku. Hangat. Dari situlah aku mulai dekat dengan Dimas. Kita sering jalan bareng, curhat, dan kadang dia juga mengajariku beberapa mata kuliah yang tidak aku mengerti. Sering juga anak-anak mengira kita pacaran, padahal itu belum. Setelah 2 bulan kita dekat, Dimas mengungkapkan bahwa dia saying sama aku, dan meminta aku jadi pacarnya. Hwaa, aku senang sekali, lagsung saja kujawab, “iya, aku mau jadi pacar kamu.!”. Hari pun terus berganti. Hubungan kami makin mesra. Orang-orang yang melihatnya pun iri.
     Saat hubungan kami memasuki bulan ke-6, kami merayakannya di luar kota. Dimas mengajakku pergi ke tempat dimana kami bias memandang langit yang dihiasi bintang-bintang dengan bebas. Indah sekali. Saat itu juga Dimas bilang ke aku. “ Sayang kalau misalnya aku pergi ninggalin kamu karena sesuatu yang bukan kehendakku, aku mau kamu jangan larut menangisi aku ya. Aku lebih senang kalau kamu membuka hatimu untuk orang lain, yang bisa lebih menyayangi kamu, menjaga kamu, mengerti kamu lebih daripada apa yang udah aku kasih selama ini ke kamu. Janji sama aku ya, kamu bakal baik-baik saja”.
     Aku kaget. Langsung saja kurebahkan kepalaku di pundaknya sambil bilang, “ Sayang kamu ngomong apa’an sih? Jangan nakut-nakutin ah. Lihat mataku, cintaku Cuma untuk kamu. Selama kamu di sampingku, gak ada satu orang pun yang bisa gantiin tempat kamu. Janji sama aku, kamu gak bakal ninggalin aku”. Dia hanya mengagguk dan tersenyum sambil mencium keningku.
     Jam 10 malam, kita pulang. Tapi naas terjadi, kami mengalami kecelakaan. Mobil yang dikemudikan Dimas menabrak sebuah truk yang oleng karena supirnya mengantuk. Dimas mengalami luka parah, sedangakan aku hanya luka sedikit di pelipis kananku. Dalam perjalanan ke rumah sakit, aku tak berhenti menangis. Aku berdoa semoga saja obrolanku dengan Dimas tadi adalah suatu pertanda bahwa Dimas akan meninggalkanku. Setengah sadar, Dimas menggenggam tanganku sambil berkata, “aku gak kuat lagi, maaf aku gak bisa menjagamu lebih lama lagi. Kamu jaga diri baik-baik. Ingatlah, aku selalu mencintaimu dengan sepenuh hatiku dulu, sekarang, dan nanti.” Setelah mengatakan itu, Dimas pergi untuk selamanya. Aku menangis meraung-raung, tak kusangka secepat ini aku kehilangan dirinya. Dengan suara yag hamper tak terdengar, aku mengucapkan salam perpisahanku untuk Dimas. “Selamat jalan saying, aku juga mencintaimu dengan sepenuh hatiku dulu, sekarang, dan nanti”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar